Minggu, 21 Juli 2019

Benarkah kalau pria zaman sekarang mental tempe ?


Beberapa tahun lalu saat saya masih mahasiswa baru, waktu itu kegiatan ospek universitas, saya lupa kegiatan apa waktu itu yamg sedang dilaksanakan, dalam ruangan tiba tiba seorang wanita aneh naik keatas panggung, berbicara dengan mikrofon.

Saya juga lupa dengan apa yang dia katakan, saya hanya ingat saat dia berbicara : "lelaki zaman sekarang MENTAL TEMPE". Sontak seisi ruangan berteriak menyoraki wanita itu. Saya pun geleng geleng kepala, dalam hati saya mungkin dia frustasi atau galau karna lelaki.

Dan ketika ospek program studi, saya terkejut karna wanita itu ternyata satu prodi sama saya, dan nomor induk kami berdekatan sehingga kami sering satu kelompok tugas. Singkat cerita kami jadi berteman dekat, dan dia termasuk salah satu sahabat dekat saya dikelas, dia juga termasuk orang yang berjasa dalam pembuatan skripsi saya, thank you om (om adalah panggilan akrab kami untuknya hahaha)

Dalam kehidupan kita tentu menemui masalah, nah bagaimana sikap kita terhadap masalah yang menimpa kita ?
Ada yang galau berlebihan, putus asa, frustasi, mabuk mabukan, hingga bunuh diri.

Saya sering menemui orang seperti ini, ketika ditimpa masalah, mereka frustasi, galau, mabuk, kacau seperti tidak ada lagi semangat hidup. Saat melihat hal ini tiba-tiba saya teringat kata kata teman saya tadi kalau "lelaki zaman sekarang mental tempe".

Beberapa bulan yang lalu menchat kawan saya tersebut, dia saat ini jadi dosen di daerah jogjakarta, saya menanyakan tentang apa maksudnya tentang "mental tempe" tersebut.

Persis seperti yang saya terjemahkan kalau maksud dia dengan lelaki bermental tempe itu adalah lelaki yang menganggap masalah yang dihadapi adalah masalah terbesar didunia, orang yang sering galau, putus asa saat ditimpa masalah, gampang menyerah, suka pesimis, diremehkan dikit langsung down.

Pada postingan saya sebelumnya saya sudah menjelaskan tentang pentingnya tanggung jawab saat menemui masalah, bukan malah bergalau ria. Karna pria sebagai pemimpin harus bermental baja, bukan malah bermental tempe.

"Ayahku selalu berkata padaku, laki laki tak boleh nangis, HARUS SELALU KUAT, HARUS SELALU TANGGUH, HARUS BISA JADI TAHAN BANTING" (The Lucky Laki ~ Superman)


Sabtu, 20 Juli 2019

Sudah bisakah memimpin dirimu sendiri ?

Leadership, suatu keterampilan yang sangat sangat penting untuk menunjang kesuksesan dalam berbagai lini kehidupan, terutama untuk kaum pria, karena pria terlahir sebagai pemimpin.

Banyak buku atau pun pelatihan pelatihan baik formal ataupun nonformal yang membahas tentang kepemimpinan atau leadership ini., tapi seberapa banyak peserta yang benar-benar sudah berhasil jadi pemimpin yang baik, terutama pemimpin untuk dirinya sendiri ?

Saya sendiri masih dalam tahap belajar dari beberapa buku yang saya baca atau pun dari pelatihan pengembangan diri yang pernah saya ikuti.

Salah satu pilar leadership adalah mengambil keputusan,. Namun, dalam beberapa kasus saya sering menemui orang yang tidak berani mengambil keputusan dalam hidupnya, seperti :
-Beberapa orang lebih memilih hidupnya diatur oleh orang lain, daripada mengambil keputusan yang tentunya untuk kebaikannya sendiri.
-beberapa orang terlalu banyak bertanya pendapat orang lain saat dia berada dalam beberapa pilihan, dimana dia tidak berani memilih karna takut salah.
-beberapa pemimpin suatu kelompok sering berkata  "terserah kalian" saat kelompoknya bertanya sesuatu.
-beberapa anak tidak berani berpendapat dan mangut mangut saja dengan apa pun pilihan orang tuanya yang seringkali bertentangan dengan kehendaknya.

Selain harus berani mengambil keputusan, pemimpin (khususnya pria) juga harus bisa mempertanggung jawabkan keputusan yang dia pilih.
Pada beberapa kasus saya sering menemui orang yang ketika menghadapi masalah yang padahal masalah itu ada karna keputusannya sendiri, dia lebih suka menyalahkan orang lain atas masalahnya tersebut, bahkan yang paling parah orang tersebut memilih kabur atau lari dari masalah tersebut.

Beberapa bulan yang lalu saat saya memutuskan berhenti bekerja, banyak pihak dari keluarga yang menentang keputusan saya, saat terjadi adu argumen saya pun dengan lantang mengatakan saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya tersebut. Langkah saya selanjutnya adalah saya memulai berbisnis dan saat bisnis saya belum berhasil saya menghidupi diri saya dari tabungan yang sudah saya siapkan sebelum resign. Saya tidak langsung resign tapi mempersiapkan diri dulu berupa tabungan dan baca baca buku bisnis karna saya tau saya harus bertanggung jawab atas diri saya dan atas pilihan saya tersebut.

Pada akhirnya kesimpulan artikel ini adalah : "kamu ambil keputusan untuk dirimu sendiri, kamu harus tanggung jawab, jangan nyalah-nyalahin org apalagi lari dari masalah yang kamu dihadapi".








Minggu, 14 Juli 2019

Tujuan hidupku adalah...



Beberapa waktu yang lalu, saat saya mengikuti online course pengembangan diri, kami diberi tugas yaitu :
"tuliskan visi dan misi yang ingin kamu raih dalam hidup, dan bagaimana cara kamu meraihnya?"

Saya kemudian merenung sebentar dan kemudian menuliskan bahwa keinginan saya sejak lama adalah ingin meraih Financial freedom dan Time freedom.

Financial freedom yaitu saat saya bisa membeli apa pun yang saya inginkan tanpa saya harus melakukan penghematan. Financial freedom bisa juga diartikan dengan kekayaan. Semua orang ingin menjadi kaya, caranya bisa dengan bekerja atau pun berbisnis. Beberapa tahun terakhir saya banyak baca buku dan ikut acara tentang keuangan, investasi ,dan bisnis. Hal itu saya lakukan sebagai aksi nyata bahwa saya benar benar menginginkan financial freedom, saya tidak hanya berkhayal tapi saya benar benar melakukan aksi nyata dan saya yakin saya akan sukses.

Time freedom atau kebebasan waktu adalah saat saya bebas menggunakan waktu sesuai dengan apa yang saya inginkan. Ssya bebas melakukan apa pun dan kapan pun tanpa diganggu.
Hal ini tidak saya dapatkan saat saya bekerja. Setelah merasa cukup dengan segala pencapaian saya sebagai karyawan, saya memutuskan untuk berhenti bekerja disebuah lembaga pemerintahan setelah 4 tahun mengabdi, selain itu saya juga menolak bekerja diperusahaan dengan gaji lebih dari 2x lipat dari pekerjaan saya sebelumnya.

Keputusan yang ditentang oleh orang tua saya. Saat terjadi adu argumen saya berkata bahwa "saya adalah pemimpin atas diri saya, ini pilihan saya dan saya akan mempertanggung jawabkan pilihan saya ini".
Dan sekarang saya memutuskan untuk merintis usaha, selain itu saya juga berinvestasi di properti dan pasar saham. saya benar-benar ingin meraih freedom yang saya impikan itu.

Saya ingin time freedom karna saya ingin lebih dekat dengan keluarga saya nanti, saya ingin sering menghabiskan waktu bersama, entah itu dirumah atau liburan bersama. Kedua orang tua saya adalah PNS jadi jarang ada waktu untuk anak-anaknya, makan siang bersama full satu keluarga dalam satu meja adalah hal yang sangat langka dalam hidup saya, saya tidak ingin hal ini ada dikeluarga saya nanti. Karna itu saya lebih memilih jadi entrepreneur, menurut saya financial freedom dan time freedom jadi lebih dekat kalau saya jadi pengusaha. Saya punya target diusia 30 saya harus sudah meraih kedua hal tersebut, saya ingin bebas menghabiskan waktu bersama keluarga. Saya ingin bebas pergi liburan kemanapun dan kapanpun. Menurut saya "Lebih baik jadi org bebas daripada jadi orng penting".

Saya ingin banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, saya ingin melihat perkembangan keluarga kami. Saya ingin banyak waktu untuk memperhatikan agama anak-anak saya nanti. Saya senang dan sering terkagum ketika melihat orang tua mengajak anaknya yang masih balita untuk shalat berjamaah dimushala dekat tempat tinggal saya, dalam hati saya bergumam saya ingin melakukan seperti itu juga nantinya.

Saya ingin banyak mengunjungi tempat-tempat baru bersama keluarga saya nanti. Harapan saya dimasa depan, misal anak saya sudah besar dan diajak teman-temannya jalan-jalan kesuatu kota, dia akan berkata dengan bangga kalau dia sudah pernah kekota tersebut bersama ayah dan ibunya.

Selain dua freedom diatas saya juga pengen jadi orang yang lebih berguna untuk orang banyak, saya harap nanti saya bisa banyak mempekerjakan orang-orang disekitar saya dan bisa membantu meningkatkan taraf kehidupan mereka.

Saya ingin banyak berbuat baik, saya ingin banyak berbagi, saya ingin menjadi pemimpin keluarga dan pemimpin perusahaan yang baik.

Saya ingin pada saat saya dimakamkan nanti banyak orang yang datang, mengenang dan berbisik bahwa almarhum (saya) adalah orang yang baik dan sering membantu mereka.

Yaa itu lah visi misi kehidupan saya, sengaja saya tulis supaya tidak mudah lupa. Saya berharap semuanya bisa dicapai secepatnya.